Rabu, 26 Februari 2014

Beginilah Kisah Sang Khalifah Menjaga Akidah Ummat

 
‘Umar bin al-Khoththob adalah kholifah yang lurus ke-2 sepeninggal Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam yang dijuluki Amirul Mu-minin, pemimpinnya orang-orang beriman. Dari kisah-kisah tentang beliau menunjukkan beliau sangat perhatian untuk menjaga aqidah/keyakinan umat agar tidak menyimpang dari penghambaan kepada Alloh kepada peribadahan kepada makhluk, di antaranya: 

Satu, Melakukan sholat istisqo’ di lapangan

Lho bukankah sholat istisqo’ memang tempatnya di lapangan? Ya betul. Harap diketahui, sholat istisqo’ itu adalah sholat yang dilakukan Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam ketika terjadi kekeringan. Kalau kata kita, sholat minta hujan. Pada masa pemerintahan ‘Umar, pernah terjadi kekeringan yang sangat di Madinah dan sekitarnya sehingga ‘Umar yang berdomisili di Madinah sebagai pusat pemerintahan, mengumpulkan para sahabat untuk berangkat ke lapangan, melakukan sholat, lalu menundukkan kepala menyesali dosa-dosa mereka agar Alloh menurunkan rohmat-Nya berupa hujan. Lha terus? 

Jadi ‘Umar mengajak para sahabat Nabi untuk sholat ke lapangan, bukan ke kuburan Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, padahal orang yang ada dalam kubur adalah makhluk yang paling mulia di sisi Alloh, jauh lebih mulia ketimbang para wali dan orang sholeh yang kuburannya sering didatangi orang. Dan beliau dikubur di sisi Masjid Nabawi dimana ‘Umar berkhutbah mengajak para sahabat ketika beliau masih berada di dalam masjid Nabawi. Kenapa ‘Umar tidak menyuruh para sahabat menghadap kanan saja dan tidak ada sahabat yang usul demikian? Pahamilah hal ini, wahai Saudaraku. 

Dua, Meratakan kuburan seorang nabi

Ketika negeri Persia –sekarang Iran- ditaklukkan oleh para sahabat Nabi, salah seorang komandan melaporkan tentang adanya jasad seseorang yang diletakkan di atas semacam dipan di dalam baitul mal (semacam gudang Bulog) milik Hurmuzan, seorang pembesar bangsa Persia. Jasad itu seorang pria yang tubuhnya utuh seolah-olah sedang tidur. Di atas kepalanya ada kitab miliknya. Lalu ditanya kepada penduduk sekitar identitas pria tersebut. Ternyata beliau bernama Danial, seorang nabi Bani Isroil. Jika tidak turun hujan, penduduk daerah tersebut mengeluarkan jasad itu dari baitul mal hingga turun hujan. Jasad itu telah berada di tempat itu semenjak ratusan tahun. Lalu hal itu dilaporkan kepada ‘Umar. Apa yang dilakukan ‘Umar? 

Ternyata Umar memerintahkan ‘Ali bin Abi Tholib untuk membuat 13 lubang terpencar-pencar, lalu memerintahkan ‘Ali agar pada malam harinya meletakkan di salah satu lubang dan meratakan seluruhnya dengan tanah untuk mengelabui manusia dan tidak menandainya. ‘Ali bertanya kepada ‘Umar mengapa jasadnya tidak hancur. Lalu ‘Umar mengatakan bahwa beliau pernah mendengar Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda bahwa Alloh mengharamkan tanah untuk memakan jasad para nabi. Bukankah seorang nabi itu kemuliaannya di atas manusia pada umumnya? Apakah ‘Umar tidak menghormatinya? Justru ‘Umar menghormati ajarannya juga ajaran para nabi, yakni ajaran Tauhid, pengesaan Alloh tiada sekutu bagi-Nya, dengan menutup pintu-pintu kesyirikan. 

Tiga, Menebang pohon bersejarah

Saat kaum muslimin berjaya pada masa ‘Umar, banyak di antara orang awam yang berwisata dan semacam napak tilas di tempat-tempat bersejarah, semacam mengenang jasa para pahlawan atau tirakatan, di antaranya adalah di pohon bidara dimana di bawah pohon tersebut para sahabat pernah berbai’at sumpah setia kepada Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam sebelum penaklukkan Makkah. Ketika mengetahui hal tersebut, ‘Umar langsung memerintahkan para sahabat untuk menebang pohon tersebut. 

Empat, Memberhentian Kholid dari jabatan panglima

Kholid bin al-Walid adalah panglima perang yang dalam setiap peperangan yang dipimpinnya hampir tidak pernah mengalami kekalahan. Beliaulah orang yang sebelum keislamannya pernah mengacau-balaukan barisan kaum muslimin pada Perang Uhud, hingga setelah keislamannya beliau menjelma menjadi seorang yang dijuluku Saifulloh al-Maslul, yakni pedang Alloh yang selalu terhunus. Ketika pada masa ‘Umar menjadi kholifah, di tengah-tengah peperangan, beliau mencopot jabatan Kholid dari panglima dikarenakan kaum muslimin senantiasa mengelu-elukannya. 

Saat kaum muslimin sudah tidak terlalu mengkultuskannya, ‘Umar bermaksud hendak mengangkatnya kembali menjadi panglima namun niat ini tidak kesampaian dikarenakan Kholid keburu wafat. 

Lima, Menyurati Sungai Nil

Ada kisah unik dalam kisah penaklukan Mesir.  Ketika itu ‘Amr bin Ash, panglima perang yang ditugaskan ‘Umar untuk memimpin penaklukan Mesir mendapati bahwa Sungai Nil sedang mengalami kekeringan. Sesuai tradisi orang Mesir bahwa jika Sungai Nil mengalami kekeringan, maka dikorbankan remaja putri yang masih perawan untuk dikorbankan sebagai tumbal hingga sungai Nil kembali berair. 

Kemudian ‘Amr menyurati ‘Umar dan melaporkan hal itu. Lalu ‘Umar membalas surat ‘Amr yang berisi perintah untuk melemparkan semacam surat yang telah ditulis ‘Umar ke Sungai Nil. Sebelum melemparkannya, ‘Amr membacanya terlebih dahulu. Ternyata surat itu benar-benar ditujukan kepada Sungai Nil dari ‘Umar bin Khoththob. Isinya bahwa: Jika engkau mengalir karena kehendakmu maka kami tidak butuh dirimu. Tapi jika engkau mengalir karena kehendak Alloh maka kami akan meminta kepada Alloh agar mengalirkannya. 

Sejak saat itu hingga saat ini Sungai Nil tidak pernah kering dan tidak pernah ada lagi remaja perempuan yang dikorbankan menjadi tumbal bagi Sungai Nil. 

Ingatlah sabda Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam agar mengikuti 2 orang sepeninggal beliau, yakni Abu Bakar dan ‘Umar. Juga dalam sabdanya yang lain bahwa wajib atas kita berpegangteguh kepada sunnah beliau dan sunnah kholifah-kholifah yang lurus sepeninggal beliau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar